Rabu, 09 November 2011

Kang Ochad Pengen Pergi Haji


September 2011 perlahan berlalu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun kepada kita. Hanya kitalah yang harus pandai memberikan jejak yang bermanfaat dalam waktu yang telah kita lewati. Bulan oktober datang, media massa, eletkronik, maupun cetak sedang booming membahas ibadah haji. Ibadah haji yang merupakan rukun islam ke 5 ini begitu laris menjadi berita utama hari-hari ini.
Setiap kali mendengar liputan haji, hati ini spontan niat dan berdoa kepada Allah, agar Dia segera memanggilku ke baitullah. Tapi di lain sisi, haji tidak segampang itu. Kalau dilihat dari segi materi, haji itu masih murah. Namun haji yang biayanya murah menurut para pengusaha dan petani itu sarat dengan munculnya dalam diri pribadi kita kebijaksanaan-kebijaksanaan yang memberikan pencerahan dan kedamaian untuk diri sendiri dan orang lain. Begitu gambaran singkat tentang haji mabrur menurut kang ochad.
            Berkaitan dengan haji yang mabrur itu Prof.KH. Didin Hafidhuddin memberikan penjelasan tentang haji mabrur: bahwa haji yang mabrur itu terdiri dari beberapa criteria: pertama, penyadaran kembali akan hakikat diri manusia sebagai hamba Allah yang dhaif dan lemah yang memiliki ketergantungan yang tinggi kepada-Nya dan sekaligus sebagai makhluk ijtimaiyyah (sosial) yang selalu terikat kepada sesamanya. Seluruh segmen ibadah haji selalu mengandung dua hal ini, seperti tawaf mengelilingi Ka’bah, sai antara Shafa dan Marwah, dan wukuf di Padang Arafah. Kedua, menumbuhkan keikhlasan dan kesungguhan dalam bertauhid bahwa hanya kepada-Nyalah kita beribadah dan hanya kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Kalimat talbiyah yang diucapkan oleh para jamaah haji ketika mengawali ibadahnya merupakan cerminan ketauhidan yang tulus.
            Ketiga, pakaian ihram sebagai “pakaian resmi” jamaah haji sesungguhnya menyadarkan para jamaah bahwa nilai ketakwaan manusia di hadapan Allah bukan ditentukan oleh penampilan luar, tetapi oleh hati dan perilaku - nya. Seluruh manusia pada akhirnya akan kembali pada Rabbnya dengan memakai dua helai kain yang sangat sederhana. Penanggalan pakaian keseharian pun mencerminkan bahwa di dalam kehidupan ini pakaian-pakaian keseharian sering menimbulkan keangkuhan dan kesombongan, baik berupa pakaian jabatan, kesukuan, harta benda, maupun pakaian-pakaian lainnya. Keempat, seluruh segmen ibadah haji mencerminkan dinamika dan etos kerja yang tinggi, yang bergerak dari satutempat ke tempat lain secara kontinu dan dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Hal ini mencerminkan bahwa yang menjadi ciri utama kaum Muslimin, terutama para jamaah hajinya, adalah mereka yang hidupnya penuh dengan dinamika dan senantiasa berbuat yang terbaik bagi umat dan bangsanya. Tidak pernah berhenti untuk bekerja dan berbuat amal saleh. “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka, apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Rabb mulah hendaknya kamu berharap.” (QS 94:5-8). Jika kaum Muslimin, terutama para jamaah, menghadapi godaan dan tantangan dalam mempersembahkan amal salehnya, terutama godaan se - tan, maka dilawannya dengan penuh kekuatan dan kesungguhan, seperti tecermin dalam melempar jamarat di Mina. Kelima, menumbuhkan kesadaran ukhuwah Islamiah. Kaum Muslimin disadarkan bahwa walaupun mereka memiliki perbedaan, baik perbedaan warna kulit, suku, bangsa, bahasa, maupun adat istiadat, mereka tetap terikat dalam satu kesatuan akidah dan ibadah. Para jamaah haji pada hakikatnya adalah duta-duta pemersatu umat. Berbagai hikmah dan pelajarantersebut sesungguhnya menghantarkan kesadaran transendental dan kesadaran sosial para jamaah haji ke arahyang lebih tajam dan lebih kuat, sehingga akan melahirkan sebuah gerakan kolektif secara berkesinambungan dari tahun ke tahun. Yaitu, sebuah gerakan moral dan sosial yang akan berdampak pada bidang-bidang lainnya, yang pada akhirnya akan memperbaiki kondisi masyarakat secara keseluruhan.

Ochad ZA, PRT

Gubuk Kecil Solo, Okotber 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar