Selasa, 08 November 2011

Sepercik Api Suci Di Kampus Hijau

“Yang turun di kampus siapa?”, kernet bis kota berkaos hitam bertuliskan Solo the spirit of Java itu mengingatkan para penumpang yang sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang mendengarkan musik, melamun, tidur dan ada juga sepasang muda mudi yang sedang bersenda gurau. ”saya bang”, jawabku yang sedang terpaku dengan lirik nasyid haris Saffix sembari menyiapkan uang 3 lembar ribuan dari dompet hitamku yang sudah lapuk termakan usia sejak kuliah S1 semester 4.
apakah diriku ini kan bercahaya bersinar di syurgaMu menatap penuh rindu
ataukah diriku ini kan hangus legam terbakar dalam nyala di neraka membara
Bis berhenti, kuinjakkan kaki kiriku ke tanah berbalut bekas tapak langkah para penuntut ilmu dari berbagai negara, daerah, suku dan ras. Ada yang dari negara asing seperti Libya, dari pulau luar jawa sendiri ada yang dari Kalimantan dan Sumatera, sedangkan dari tetangga Solo ada yang datang dari Madiun yang terkenal dengan pecelnya, Bojonegoro, yang sering menjadi terkenal mendadak saat musim hujan karena luapan bengawan Solo, ada juga dari Prambanan dan Klaten yang saat ini sedang hangat-hangatnya tempat basis NII. Sedangkan yang dari satu pulau jawa namun beda provinsi ada dari Cirebon, tempat Moh. Syarif membuka pintu akhirat baginya. “Selamat untuk dia karena telang meninggalkan dunia dan selamat datang di alam akhirat” sambutan Munkar Nankir di markasnya. Allahummaghfirlahu warhamhu,,,amin..
Aku jadi merasa ngeri juga kalau ingat teroris itu. “Apa yang terjadi dengan dia sehingga dia bisa melakukan itu?” bisik hati yang penuh noda ini.  “sudahlah itu bukan urusanku”. Yang menjadi urusanku sekarang adalah apa yang ada di depan mata. Menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain sesuai dengan kemampuan yang kita punya. Begitu pesan nabi kepada kita.
Mengayunkan kaki selangkah demi selangkah disiram dengan udara yang sejuk, hijau daun mengayun lembut di ranting pohon tinggi besar nan kokoh menghias kampus rindang,  tampak hilir mudik mahassiwa mahasiswi datang pergi silih berganti masuk keluar melewati gerbang yang gagah  menjulang tinggi. Tampak juga di sudut sana penjual koran sedang melayani seorang mahasiswi berkerudung merah nan anggun sedang membeli Annida, majalah islam yang sudah lama populer.
Dalam Annida itu aku teringat ada satu hadist “tuntutlah ilmu walau sampai negeri China” yang membuat inspirasi supaya tidak mengenal lelah mencari ilmu, menghilangkan kebodohan dan mengembangkan Islam.
Akhirnya aku nyampe kelas juga. Terlihat di dalam kelas dari pintu berkaca, kelas begitu hening, bisu tanpa suara, sibuk dengan layar Ipad dan netbook masing-masing. Aku samperin Nunun, menanyakan uang jaket di kursi tengah, Xendro dan Desy berkorelasi dengan deretan angka, Furqon sedang bercengkrama dengan facebooknya entah siapa yang dia ajak chatting, sebelahnya ada mba Dian yang kadang bercakap dengan Furqon, di barisan depan bu Eni dan bu Sri, sesepuh di kelas ini serius ngobrol, urusan orang tua, sedangkan, ada juga Mahfud sang juragan, dengan tatapan kosong duduk diam termangu, entah apa yang ada dipikirannya, selang satu baris di depan ada mba Dian Marita dengan busana muslimahnya yang cantik tersenyum bercakap dengan mba Menik, seorang ibu dari suku ngapak-ngapak. Dan yang paling bikin seru di kelas kita adanya Ahmed, Libyan, pria tertinggi di kelas ini, kulihat sedang membuka AL Jazair tv, dengan meminjam netbooknya Novi.
 “Pak Gunarso tidak ada kelas hari ini” pengumuman dari Zona, pengurus kelas. Sebagian teman-teman ada yang senang, girang, sedangkan aku sedang melayang.
Melayang merasa senang karena dipertemukan dengan teman-teman, laksana percikan-percikan api yang siap membagi cahaya ke lilin-lilin kecil. Masih terngiang jelas di alam bawah sadarku, nasihat kyai ku dulu, “kalian bukan matahari yang memberi sinar secara utuh, tapi kalian adalah percikan api yang nanti api itu akan kalian bagikan ke lilin-lilin, yaitu murid kalian nanti. amalkan ilmu kalian anak-anakku semua, karena ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon tak berbuah, AL ILMU BILAA ‘AMALIN KASYAJARI BILAA TSAMARIIN”.
Robbi zidna ‘ilmaa, ya Tuhanku, tambahkan pengetahuan kepada kami, amin,,,,,,,,,,
Wassalam....

Maaf, penulis tidak bisa menceritakan semua karakter.

210520011
Gubuk Kecil di Sawah
Ochad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar