Selasa, 08 November 2011

Ramadhan, Roqib Sibuk, ‘Atid Nganggur?

Sore ini suasana begitu berbeda dengan kemarin-kemarin. Ada yang berbeda pada sore hari ini. Mobi, Sepeda motor, sepeda ontel,  hilir mudik bergantian ke selatan dan ke utara tepat di depan mataku yang sejak 30 menit, 25 detik  lalu duduk bercengkrama dengan senja minggu sore menjelang ramadhan di depan warung mang Ocon. Ditemani Peot, Casmudi, dan Ocon, aku terlarut dalam alam bawah sadar teringat ramadhan masa lalu, masa ketika aku kecil dulu.
Dahulu kala, saat aku berusia 7 tahun, pada tahun 1995, ramadhan begitu indah, asyik dan rame. Berawal dari cerita syahur, sekumpulan anak-anak berjalan bersama keliling melintasi beberapa RT/RW dengan sebuha Obor di setiap tangan masing-masing bersorak penuh semangat membangunkan masyarakat dengan sebuah kata “Saur…….saur…..saur….”. sambil menunggu adzan shubuh. Sehingga mungkin saja, dulu malaikat Roqib yang sibuk mencatat amal kebaikan kita, sedangkan malaikat ‘Atid nothing to do alias nganggur aja, sesekali tersenyum melihat tingkah kita yang lucu. Namun, cerita itu sekarang hanya menjadi sebuah cerita klasik. Di ramadhan zaman sekarang, anak-anak kecil dan remaja terbius di depan tipi hingga telinga terkunci ketinggalan sholat jamaah Shubuh. Oleh karena itu, mungkin Roqib tak sesibuk dulu dan ‘Atid tak senganggur dulu.
Beranjak ke cerita ba’da Shubuh Ramadhan masa lalu. Sekelompok anak-anak dan remaja lalu lalang di jalan menyapa surya terbit yang tak pernah puasa menyinari bumi. Sehingga hadir rasa syukur dalam sanubari akan kuasa ilahi yang telah menciptakan matahari. Dan setiap ramadhan, matahari iri dengan manusia, karena manusia adalah makhluk Allah yang mempunyai kemampuan mencari pahala sebanyak mungkin dengan puasa di bulan ramadhan dan segala bentuk ibadah di dalamnya. Tetapi, sang surya yang gagah perkasa dewasa ini menangis melihat tak ada lagi anak-anak kecil tersenyum padanya pada pagi hari. Sang surya tersenyum melihat Roqib tak lagi sibuk dan ‘Atid mulai sibuk di menulis catatan di samping ibu-ibu yang sedang menonton berita artis.
Selanjutnya, pada jam belajar, anak-anak zaman dulu bermain bersama permainan tradisional yang didalamnya terkandung beberapa makna hidup. seperti engklekan dan conglekan, mempunyai arti bahwa orang hidup harus melangkah dengan hati-hati dan harus saling berbagi. Sedangkan pada malam hari, setelah tadarusan, mulai dari anak kecil, pemuda dan orang tua berbaur bermain slodoran, yang mempunyai arti kehidupan yaitu ada tahapan-tahapan yang harus dilalui manusia jika ingin berhasil. Dan malaikat Roqib tersenyum pahit pada siang hari ramadhan zaman sekarang karena walau anak-anak berangkat ke sekolah namun tiada hasil sepulangnya. Dan pada malam hari anak jaman sekarang malu dan segan tuk tadarus, malah asyik nongkrong yang hanya membuang waktu ibadah di Ramadhan mulia ini. Dan bintang bulan malam hari tersenyum melihat ‘Atid gembira karena buku catatan hariannya penuh dengan tulisan.
Ramadhan dulu penuh dengan ibadah, mari kita jauhi ghibah. Ramadhan dulu penuh dengan aksi sosial, mari kita tidak gombal kepada Tuhan. Ramadhan dulu penuh dengan lantunan Quran, mari kita jauhi kesia-siaan. Ramadhan dulu penuh dengan gelas-gelas rahmah dan maghfirah, mari kita belajar qonaah hingga muncul hikmah.
Sehingga Roqib tersenyum lebar dan menertawakan ‘Atid atas amal-amal manusia, makhluk kesayangan Allah yang maha pengasih dan penyayang. Dan ‘Atid pun tersungkur lemas, nganggur, free, nothing to do, buku  catatannya polos putih karena manusia berlomba-lomba beribadah di Ramadhan tahun ini. Aminnn……………


02 Agustus 2011

Gubuk Kecil
Ochad, PRT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar